UWIKA Bersama Ilmuwan Muda Berupaya Keras Ubah Pola Pikir Shortcut
Dalam era revolusi industri 4.0 ini mendorong insan pendidikan untuk semakin maju dalam penelitian dan inovasi. Begitu pula yang tertuang dalam Tri Dharma perguruan tinggi, yakni Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Widya Kartika sadar betul akan kewajiban ini, sehingga tergerak untuk berkolaborasi dengan lembaga pendidikan SMPN 4 Surabaya dan NSA High School. Tim sinergi yang dibentuk oleh bapak F. Priyo Suprobo, S.T., M.T. selaku Rektor UWIKA menjalankan misinya dalam kolaborasi ini dengan memegang teguh jargon universitas HUMANIS, KREATIF dan INOVATIF.
Misi kali ini adalah meningkatkan potensi dan skill ilmuwan muda, dan debutnya adalah pada ajang International Science and Invention Fair (ISIF) yang digelar di Bali pada tanggal 21-25 juni 2019 oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA). Dan kolaborasi ini sungguh di luar dugaan kami bahwa seluruh tim dari SMPN 4 Surabaya dan NSA High School meraih juara dalam ajang internasional ini.
- Communication, Information and Technology (BRONZE MEDAL)
- Smart Pot : SMPN 4 Surabaya
- Smart Door : SMPN 4 Surabaya
- Biotechnology (BRONZE MEDAL)
Sandals for Blind People : SMPN 4 Surabaya
- Household, Office, and Personal Care (GOLD MEDAL)
E-Wallet : NSA Senior High School
- Household, Office, and Personal Care (SILVER MEDAL)
MosQuittrap : NSA Senior High School
- Indonesia International Institute for life Science (i3L)
100.000.000 SCHOLARSHIP SPECIAL AWARD
E-Wallet : NSA Senior High School
- Malaysia Young Scientist Organization (MYSO SPECIAL AWARD)
Foo-was Briquette : NSA Senior High School
“Tidak mudah untuk mempersiapkan para ilmuwan muda ini”, tegas pak Agus Prayitno, S.T., M.T. yang merupakan kapten pilot dalam misi kali ini dan juga merupakan pembimbing para ilmuwan muda yang ikut berkompetisi. Dalam wawancara yang kami lakukan, beliau mengatakan bahwa anak-anak SMPN 4 Surabaya khususnya dipacu oleh sekolah mereka untuk giat dalam melakukan penelitian dan berkarya di bidang ilmiah, hal ini juga ditegaskan oleh Aphon salah satu siswa SMPN 4 Surabaya yang meraih medali perunggu untuk bidang communication, information and technology. Dorongan pun semakin kuat untuk segera mempersiapkan diri dalam mengikuti kompetisi. Ini sebenarnya tantangan sesungguhnya bagi pak Agus.
“Yang menjadi tantangan sesungguhnya adalah mengubah dan mengarahkan pola pikir para ilmuwan muda ini. Mereka harus paham betul cara kerja penelitian dan goal yang akan dicapai. Dalam prosesnya pun saya betul-betul have fun bersama anak-anak khususnya dari SMPN 4 Surabaya, sehingga mereka tidak terbebani dengan kompetisi yang akan diikuti. Mereka harus paham bahwa penelitian yang mereka lakukan adalah bagaimana pada akhirnya inovasi yang tercipta sebagai hasil penelitian mereka dapat diterima oleh khalayak umum. Itu yang sebenarnya harus menjadi fokus utama mereka, sehingga mereka akan lebih konsenterasi dalam penelitiannya, justru bukan pada kompetisinya”, tegas pak Agus.
Pihaknya juga menggambarkan awal mula mendampingi anak-anak SMPN 4 Surabaya dalam mengembangkan ide penelitiannya. Anak-anak era milenial saat ini sudah terbiasa dengan hal instan, sehingga para ilmuwan muda ini juga diberikan wawasan untuk tidak ‘asal shortcut’, bahwa dalam penelitian dan menciptakan inovasi produk harus dinikmati setiap prosesnya. “Jika mau menanam cabai, ya harus ditanam dulu bibitnya, dipantau perkembangannya, diatur kebutuhan air dan mineralnya, bukan asal tanam kemudian tumbuh”, imbuhnya. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Aurel dan kawan-kawan, bahwa proses itu yang mereka nikmati, mereka menemukan keseruan dalam setiap proses penelitian. Termasuk juga yang paling seru adalah pada tahap pembuatan produk inovasi, mereka mengatakan bahwa banyak hal baru dan ilmu baru yang mereka peroleh bersama pak Agus. Aphon menambahkan, “paling baru dan paling susah adalah coding, ini sangat baru dan mulanya saya sangat kesulitan, tetapi pak Agus selalu support dan membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik. Sempat kami mengalami kegagalan dan kami harus mengulangi dari awal lagi, tetapi kami tetap enjoy dan seakan ini memang sebuah keseruan dalam penelitian”.
Dalam sesi akhir wawancara pak Agus, dosen Program Studi Teknik Informatika yang juga merupakan Kepala Unit ICT Universitas Widya Kartika Surabaya menyampaikan bahwa, “Pengalaman ini yang sesungguhnya mengantarkan mereka menyabet juara (seluruh tim), dan juara itu hanyalah sekedar reward, mereka harus sadar bahwa penelitian dan inovasi mereka sudah bisa diterima oleh khalayak internasional dan inilah yang paling MAHAL dibandingkan hadiah dan juara yang mereka dapatkan dalam kompetisi tersebut. Pesan untuk mereka ilmuwan muda, pola pikir sebagai peneliti sesungguhnya yang harus ditanamkan terus, abaikan dulu kompetisi, pastikan penelitian kalian dapat diterima oleh khalayak, dan jangan biarkan penelitianmu hanya diterima oleh khalayak di sekitarmu saja, keluar dari zona itu, maka akan diperoleh hal-hal baru yang dapat bermanfaat untuk mengembangkan penelitianmu”.
Dengan pengalaman ini pula Universitas Widya Kartika menjadi lebih bersemangat untuk bisa berkolaborasi dengan sekolah-sekolah lain di Indonesia. Kami sungguh percaya diri akan dapat memberikan value yang positif di setiap upaya kami dalam melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi.