Masalah ketakutan akan Asean Economic Community 2015 sudah menjadi isu global, khususnya di negara-negara berkembang. Ketakutan kalangan dunia usaha dalam menghadapi persaingan ekonomi dengan negara-negara anggota ASEAN di ruang lingkup perdagangan bebas dan pasar tunggal ASEAN makin kuat. Pasalnya, mereka hanya memiliki waktu yang sangat sedikit untuk melakukan persiapan dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC).

Hal itu disampaikan oleh F. Erwin Wibisono, Manager PT. Eka Widya Anugerah selaku pemegang lisensi sertifikat TOEIC di Indonesia dalam kegiatan Studium Generale di Universitas Widya Kartika (UWIKA), Kamis, 6 Maret 2014. “Mengapa pemberlakuan AEC dianggap menakutkan? Sebab, di AEC bukan hanya produk-produk barang saja yang bisa keluar masuk Indonesia, namun juga tenaga kerja, jasa, dan modal. Apalagi sebagai negara yang memiliki penduduk terbesar dan sumber daya alam terbanyak dibanding negara-negara ASEAN lainnya, tentu Indonesia menjadi pasar yang potensial bagi mereka.Untuk itu, perlu penanganan serius agar tidak menjadi masalah pelik di kemudian hari,” katanya.

Salah satu tantangan yang mesti dipecahkan adalah kesiapan Sumber daya Manusia (SDM) dalam menghadapi tantangan AEC. Agar tidak kalah dengan ribuan tenaga kerja dari Negara-negara ASEAN, maka Indonesia harus mempunyai SDM yang berdaya saing tinggi, dengan tidak hanya menguasai program study yang dipelajarinya selama di bangku kuliah, tetapi mahasiswa juga harus menyiapkan diri dengan keahlian di bidang komputer dan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris yang menjadi second language. Untuk bersaing, para calon tenaga kerja harus membekali diri dengan sertifikat yang diakui secara Internasional, seperti Sertifikat TOEIC (Test Of English For Internal Communication) ini, mengingat sudah banyak perusahaan-perusahaan besar yang mencari tenaga kerja yang mewajibkan untuk memiliki sertifikat TOEIC dengan skor tertentu.

Berbeda dengan TOEFL (Test Of English as a Foreign Language) yang lebih digunakan untuk mengukur profisiensi Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam dunia akademis, TOEIC (Test Of English For Internal Communication) lebih ditekankan untuk mengukur profisiensi Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi di dunia kerja yang sertifikatnya berlaku internasional selama dua tahun. Test TOEIC dilakukan selama 2 jam dan terdiri dari 2 sesi yaitu sesi listening dan reading dengan skala skor 10-990.

Para mahasiswa UWIKA semester 6 dan 8 yang mengikuti acara ini sangat antusias untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan Asean Economic Community 2015 dengan membekali diri mereka dengan sertifikat TOEIC ini. Budi Hermawan, S.E., MTCSOL. selaku Wakil Rektor 1 Bidang Akademik UWIKA menghimbau agar semua mahasiswa UWIKA memenuhi semua sertifikasi yang diwajibkan sebelum mengikuti pengajuan sidang proposal skripsi, termasuk sertifikasi TOEIC ini.***

Leave a Comment