INDUSTRI KERETA API
RAHASIA SUKSES KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI TIONGKOK
Catatan perjalanan Rektor dengan Wakil Rektor 1 menghadiri acara
Annual Meeting Of the China-ASEAN Rail Transit Education and Training Association
di Kota Guizhou-Guiyang Province-China Selatan pada Tanggal 28 sd 29 Agustus 2017
(atas undangan dan fasilitas Pemerintah China)
Sejak tahun 1992, Tiongkok menghabiskan dana yang besar untuk sarana dan prasarana kereta api mereka, yakni 8,6% dari APBNnya setiap tahun. Sementara dana tersebut terpaut jauh dengan dana gabungan antara Amerika Utara dan Eropa Barat, yang hanya 2,5% saja (hasil survei dari perusahaan konsultan manajemen global, McKinsey & Company).
Tingginya investasi Tiongkok untuk Maglev (Magnetically Levitated Trains) dengan kebutuhan multidimensional : teknologi terbarunya melalui research terus menerus dengan melibatkan tenaga ahli dari berbagai perguruan tinggi di Tiongkok. Sarana dan prasarana serta infrastrukturnya yang semakin modern dan canggih, meyakinkan saya ke depan Tiongkok mampu meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonominya. Dengan mengangkat perekonomian masyarakat midlle class di seluruh penjuru Tiongkok baik di pinggir laut, sungai, danau, pegunungan, hutan, perkotaan, pedesaan maupun pedalaman maka pemerataan ekonomi Tiongkok dapat terwujud secara cepat dan akan menjadi kekuatan ekonomi yang sekaligus memperkuat posisi daya saing mereka di dunia.
Tiongkok merupakan negara yang mengoperasikan kereta dengan teknologi Maglev pertama di dunia. Kecepatan Maglev dapat mencapai hingga maksimal 430km/jam. Dibuka tahun 2004 lalu, kereta tersebut mencerminkan teknologi futuristik yang hanya bisa diimpikan oleh banyak negara hingga saat ini.
Kunci dalam merancang design teknologi yang modern dan tepat guna adalah membangun kekuatan investasi negara dengan pihak swasta. Dan yang utama adalah mendorong kemitraan sesungguhnya secara serius serta berkesinambungan dengan para tenaga ahli dan para peneliti dari perguruan tinggi.
Gambar 1
Penandatanganan MoU Universitas Widya Kartika dan Nanjing Institute of Railway Technology
Dalam annual meeting ini kami melakukan pertemuan guna penandatanganan MoU dengan 5 perguruan tinggi di Tiongkok yang sudah berkontribusi besar untuk kemajuan industri perkeretaapian mereka.
Kini saatnya Universitas Widya Kartika Surabaya dengan perguruan tinggi Indonesia lainnya dapat merancang program studi / konsenterasi studi baru dalam upaya mendukung pengembangan Industri Kereta Api di Indonesia. Karena memiliki industri kereta api yang maju dan modern sudah saatnya menjadi target ke depan bagi negara Indonesia
Presiden Jokowi akan mengembangkan jaringan kereta api sepanjang 2.428 km di Kalimantan dan 1.772 km di Sulawesi. Hal ini menjadi peluang bagi industri kereta api nasional, termasuk melalui kemitraan dengan perusahaan industri kereta api di Tiongkok yang sudah teruji kompetensi, kualitas dan efisiensinya dalam jangka panjang.
Di sinilah industri kereta api membutuhkan tenaga-tenaga ahli yang kreatif, dinamis dan kompeten yang berasal dari perguruan tinggi di Indonesia. Tenaga-tenaga ahli dalam dunia industri kereta api yang menurut pendapat saya sangat dibutuhkan dan harus dipersiapkan kedepan adalah dari berbagai multidisipilin ilmu (teknologi elektro, Informatika, sipil, arsitektur, akuntansi, manajemen, bahasa Mandarin, dll.) yang mampu menerjemahkan kebutuhan dunia industri perkerata apian dengan sudut pandang dan kontribusi keahlian atau keilmuannya masing-masing. Karena itu semua disiplin ilmu tersebut perlu banyak belajar kepada Industri kereta di Tiongkok, baik melalui kegiatan annual meeting, seminar, dialog, studi banding ke perguruan tinggi di Tiongkok yang sudah terbukti mencetak tenaga ahli di bidang industri kereta api, dll.
Gambar 2 & 3 Kerjasama Internasional Universitas Widya Kartika dan Nanjing Institute of Railway Technology |
Universitas Widyakartika yang saya pimpin saat ini dengan potensi yang sangat besar ingin menjadi kekuatan baru di Indonesia demin mendukung industri kereta api di masa depan. Hal ini ditujukan agar rakyat Indonesia dimampukan dalam menjalankan industri ini secara mandiri tanpa ketergantungan dengan negara lain. Namun untuk mencapai hal tersebut maka kami harus banyak belajar kepada Tiongkok.
Pengembangan industri kereta api beserta penunjangnya ditopang oleh penguasaan teknologi dan aktivitas riset yang kontinyu serta bervisi jangka panjang. Maka di sinilah dunia perguruan tinggi seperti Universitas Widya Kartika Surabaya harus berkontribusi. Indonesia dengan letak geografisnya sangat strategis membentuk kawasan ekonomi baru. Membuka isolasi ekonomi wilayah yang terpencil dan tidak terjangkau serta membutuhkan jaringan transportasi masal seperti kereta api yang cepat dan efisien.
Pemerintah Propinsi Jawa Barat (Jabar) sudah memulai megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan akan dapat beroperasi penuh pada 2018. Proyek ini dilaksanakan oleh Konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) setelah menandatangani joint venture agreement (perjanjian pendirian perusahaan patungan) antara PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan BUMN Tiongkok, China Railway International Co.Ltd untuk membangun kereta cepat (High Speed Railways/HSR) koridor Jakarta-Bandung. Proyek ini salah satu contoh strategis yang akan memberikan dampak ekonomi luar biasa, karena selama ini sebaran pembangunan hanya bertumpu di Bandung Tengah, sedangkan Bandung Utara merasa tertinggal.
Demikian pula saat ini tengah dibangun rel kereta api di Sulawesi Selatan untuk menghubungkan Makassar dengan Pare-Pare di mana kereta bisa melaju lebih dari 200 km/jam.
Kereta Api dikenal sebagai moda angkutan yang memiliki banyak keunggulan, antara lain: Hemat energi; Hemat lahan; Bersahabat dengan lingkungan; Tingkat keselamatan tinggi; Mampu mengangkut dalam jumlah yang besar; serta Adaptif terhadap perkembangan teknologi. Dikaitkan dengan kecenderungan saat ini, kereta api menjadi moda transportasi yang sangat relevan untuk dikembangkan di seluruh pelosok Indonesia.
Kereta api dan industrinya menjadi masa depan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi rakyat Indonesia. Belajarlah hingga ke negeri Tiongkok.
Penulis:
Asociate Profesor Dr. Murpin Josua Sembiring.M.Si
Rektor Universitas Widya Kartika Surabaya