Kota Pahlawan tidak akan pernah lepas dari identitas kota surabaya. Hal itu dikarenakan aksi heroik arek-arek Suroboyo pada jaman revolusi kemerdekaan. Seiring berjalannya waktu, terpaan budaya pop yang serba instant membuat semangat kepahlawanan perlahan tergerus oleh arus modernisasi. Untuk mengembalikan semangat perjuangan kepahlawanan bagi generasi muda, Universitas Widya Kartika punya cara yang berbeda.
Dalam memperingati hari pahlawan 2015, Universitas Widya Kartika (UWIKA) menggelar singing competition lagu perjuangan. Acara yang digelar dari 7 – 8 November ini diikuti 61 peserta yang terdiri dari kategori anak usia 6 – 12 tahun dan kategori remaja usia 13 – 20 tahun.
Rektor Universitas Widya Kartika, Dr. Murpin Josua Sembiring S.E, M.Si. dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan UWIKA yang bertajuk Semangat Perjuangan. “ Kami miris melihat cukup banyak anak – anak yang tidak kenal pahlawan nasional, begitu juga dengan lagu-lagu kebangsaan yang tidak banyak mereka kenal” Ungkapnya. Murpin menambahkan kegiatan ini merupakan salah satu cara UWIKA untuk mengembalikan rasa dan jiwa nasionalisme generasi muda bangsa.
Acara yang diselenggarakan di Auditorium Center Lt.4 Universitas Widya Kartika ini mendapat respon cukup baik dari peserta. Hal ini dibuktikan dengan cukup banyaknya peserta yang berasal dari luar kota Surabaya, “ Selain dari Surabaya banyak juga peserta yang dari Malang, Pasuruan, Semarang, bahkan ada juga yang berasal dari Bali” tutur Nora selaku panitia registrasi. Dalam kompetisi ini setiap peserta diwajibkan menyanyikan lagu – lagu perjuangan yang telah disiapkan oleh panitia.
Untuk menjadi pemenang, para peserta harus melewati 2 tahap penjurian yaitu tahap seleksi dan tahap final yang hanya di ambil 10 finalis dari masing – masing kategori. Para finalis inipun akan bersaing untuk memperebutkan juara 1,2,3 dan Harapan 1,2,3 serta juara favorit dari hasil pemilihan pengunjung dengan hadiah masing-masing uang tunai, trophy, sertifikat, serta hadiah lainnya dari sponsor.
Komposisi penilaian dewan juri tidak hanya teknik vokal, tapi juga improvisasi lagu, penguasaan panggung dan kostum pun juga menjadi penilaian. Tak heran jika para peserta pun banyak yang menggunakan kostum ala pejuang.
Dengan juri – juri berpengalaman seperti Fitry seorang vocal trainer, Ongen Simatauw yang berpengalaman menjadi juri kompetisi menyanyi di TVRI , Prita Kartika yang merupakan salah satu kontestan The Voice Indonesia 2013, serta Henry Manuputty salah satu vokalis jazz nasional di era 90-an.
Menurut Ongen rata – rata semua peserta memiliki teknik vokal yang bagus – bagus, baik di kategori anak maupun kategori remaja. “susah untuk menentukan pemenangnya, tapi karena ini kompetisi, maka kami harus memilih yang terbaik dari peserta yang bagus-bagus ini“ pungkasnya. (Windrey)