Dosen Native UWIKA Kenalkan Budaya Tiongkok Kepada Siswa SMA
Hubungan diplomatik Indonesia dengan Tiongkok kian erat, hal ini ditegaskan oleh rektor Universitas Widya Kartika Dr. Murpin Josua Sembiring, S.E., M.Si. di sela-sela sambutan membuka acara yang diadakan oleh prodi Pendidikan Bahasa Mandarin UWIKA pagi ini. Dengan semakin eratnya hubungan Indonesia-Tiongkok di berbagai bidang maka secara tidak langsung akan berdampak pula pada meningkatnya kebutuhan akan professional dan penutur bahasa Mandarin. UWIKA dengan kualitas program Pendidikan Bahasa Mandarin yang didukung oleh tenaga dosen native-nya pun semakin serius dalam menanggapi kebutuhan tersebut. Masyarakat Indonesia berasal dari berbagai macam suku dan budaya, diantaranya adalah keturunan Tionghoa. Menurut penelitian yang dilakukan Dr. Xiao Ren Fei (Direktur Confucius Institute) bahwa rata-rata 6 dari 10 masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia tidak bisa berbahasa Mandarin, 4 diantaranya hanya sekedar percakapan sederhana yang tidak baku dan dilakukan di dalam keluarga. Dengan demikian pendidikan bahasa Mandarin perlu untuk semakin digencarkan untuk dapat menunjang peluang-peluang yang timbul sebagai akibat dari semakin eratnya hubungan Indonesia-Tiongkok.
Hari ini sebanyak 50 siswa/siswi SMA di Surabaya mengikuti agenda Kenal Budaya Tiongkok di Universitas Widya Kartika. Kami menyadari bahwa banyak dari peserta adalah keturunan Tionghoa, namun kami juga meyakini bahwa banyak diantara mereka yang belum benar-benar memahami kebudayaan Tiongkok secara utuh, tutur bapak Oeng Peter selaku Dekan Fakultas Sastra dan Pendidikan Bahasa Mandarin. Melalui program ini yang didukung oleh dosen native UWIKA (Zang Le laoshi, Zhang Yue laoshi, Wei Yu Zhu laoshi dan Zhang Si Qin laoshi), kami ingin mengenalkan beberapa tradisi dan budaya Tiongkok yang kami kemas dengan menarik sehingga para siswa yang hadir tidak akan bosan mengikuti rangkaian acara hingga akhir. Diantaranya kami mengenalkan dan mengajarkan simpul tali-temali asal Tiongkok, Zhong Guo Jie dan seni kaligrafi aksara Mandarin.
Para peserta dibagi ke dalam 3 kelompok untuk secara bergantian mengikuti pengenalan kebudayaan Tiongkok yang secara langsung dibawakan oleh dosen native Universitas Widya Kartika. Beberapa siswa dari SMA NSA (Nation Star academy) menyatakan baru tahu dan baru mengenal zhong guo jie. Dan banyak yang merasa kesulitan ketika mencoba kaligrafi aksara Mandarin meski dalam teori yang diajarkan terlihat cukup mudah.