Uncategorized

Membangun Manusia Indonesia dalam Perspektif Pancasila

WhatsApp Image 2019-11-29 at 6.16.50 PM (1)

Kajian titik temu di Universitas Airlangga pada tanggal 20 November 2019 yang dihadiri oleh ibu Risma Andarini selaku dosen Arsitektur Universitas Widya Kartika membuahkan pemikiran-pemikiran yang positif terkait bagaimana para akademisi dan civitas Bersatu dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk membangun manusianya. Beberapa tokoh dihadirkan dalam kaian ini sebagai pembicara diantaranya bapak Yudi Latif, Ph.D (Dewan Pembina Nurcholis Madjid Society), bapak K.H. Ahmad Ishomuddin, M.Ag (Rais Syuriah PBNU), Ibu Inaya Wulandari Wahid (Jaringan Gusdurian), bapak Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. ( Sekretaris Umum PP Muhammadiyah), bapak Prof. Dr. Mohammad Nasih (Rektor Universitas Airlangga).

Negara yang beragama adalah bukan negara agama tertentu. Agama tidak boleh dijadikan alasan untuk mengganti Pancasila, karena Pancasila sejalan dengan agama. Dasar Pancasila dalam agama, terwujud dalam sila ke-1 : Ketuhanan yang Maha Esa. Agama yang kita anut harus bisa masuk ke sila ke-2 : Kemanusiaan yang adil dan beradab. Untuk membangun negara yang maju, kita harus bersatu, tercermin dalam sila ke-3 Persatuan Indonesia. Pancasila harus menjadi perekat bagi kita semua sebagai masyarakat bangsa Indonesia. Sila ke-4 : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Sejak dulu kita melakukan musyawarah untuk memecahkan persoalan-persoalan Bersama, namun pada masa sekarang, kita justru sulit sekali menerima perbedaan-perbedaan pendapat/pilihan, saling memaksakan kehendak, dan merasa benar sendiri. Dari pelaksanaan sikap sila ke-4, maka akan terwujudlah sila ke-5 : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial harus dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali.

WhatsApp Image 2019-11-29 at 6.16.50 PM

Adapun rekomendasi yang disampaikan oleh ibu Risma atas hasil kajian ini terhadap Universitas Widya Kartika adalah untuk mengisi kemerdekaan dengan menerima Pancasila, dengan menjadikan Pancasila sebagai filosofi dalam kehidupan bersama. Pancasila ibarat rambu-rambu lalu lintas, sedangkan kehidupan ibarat berkendara di jalan raya. Karena itu, dalam kita berkehidupan bersama dengan banyak kepentingan yang berbeda-beda, hendaknya diperhatikan rambu lalu lintas, yaitu Pancasila. Siapa yang mengamalkan Pancasila, dia akan menjadi orang yang religius, sekaligus menjadi nasionalis yang cinta tanah air. Fokus pada hal-hal yang urgent/penting dalam kehidupan bersama dan bernegara daripada sibuk mempertentangkan hal-hal yang tidak relevan/tidak signifikan, seperti perbedaan agama, ras, dan suku. Perbanyak pertemuan-pertemuan di ruang budaya, karena di sanalah banyak hal yang mempersatukan kita sebagai masyarakat Indonesia. Nilai Pancasila harus dapat tercetak dalam perilaku kita dalam kehidupan bersama dan bernegara. Pancasila sangat penting bagi kehidupan bersama. Oleh karena itu, bukan fokus untuk mendirikan negara di dalam negara, tetapi fokus kepada solusi dari persoalan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia.

Leave a Comment