Uncategorized

Bahasa Mandarin Itu Susah, Tapi Aku Jatuh Cinta

Ungkapan tersebut yang pertama kali muncul ketika kami bertanya mengenai isi pidato yang dibawakan Maitri Dhammayanti Chandrika dalam kompetisi Ketangkasan Berbahasa Tionghoa se-Jatim Periode III di Pakuwon Trade Center Surabaya pada tanggal 27 Januari 2018. Bahasa mandarin memiliki pelafalan yang indah dengan aksara yang rumit, namun itu yang membuat sang juara menjadi bersemangat untuk mempelajari lebih dalam. Tak dipungkiri olehnya bahwa ia sempat merasa sangat gugup ketika di atas panggung, namun ia percaya bahwa bimbingan dan arahan yang telah ia terima dari para laoshi (native speakers) di Universitas Widya kartika, salah satunya adalah Zang Laoshi serta semangat dari keluarga berhasil meredam rasa gugup itu.

Aspek penilaian dalam kategori lomba pidato ini cukup ketat, tak hanya mengenai isi dari pidato, namun juga pembawaan, intonasi dan pelafalan serta kepercayaan diri dari peserta juga menjadi objek penilaian para juri. Maitri memiliki pelafalan dan intonasi yang nyaris sempurna seperti orang Tiongkok. Dan atas semangat serta latihan yang giat ia jalani hingga Maitri Dhammayanti Chandrika dinobatkan sebagai juara pertama dalam lomba ini. Ketegangan di atas panggung nyatanya tak hanya dialami oleh Maitri, rekannya satu kampus Universitas Widya Kartika yakni Evita Tamara Paramita juga merasakan hal yang sama, bahkan dapat dikatakan ketegangan paling ekstrem yang harus ia hadapi karena ia tampil di urutan pertama sebagai pembuka kompetisi. Meski tak menyandang juara, namun Evita dinyatakan sebagai kontestan dengan predikat nilai tertinggi ke-dua setelah Maitri.

Passion yang kuat dengan diikuti latihan yang tekun mereka jalani mendorong mereka untuk gigih berkompetisi. Lomba yang diadakan oleh Lembaga Koordinasi Pendidikan Bahasa Tionghoa Jawa Timur ini sebagai pembuka semangat untuk terus berlatih dan akan mengikuti kompetisi serupa. Karena seperti materi pidato yang dibawakan oleh Evita bahwa “Mimpi Bukanlah Sekedar Mimpi”, diperlukan kegigihan dan usaha yang tekun untuk mencapai apa yang kita impikan tersebut.

Sejak awal  Rektor sangat mendukung mahasiswa dan mahasiswi program S1 Pendidikan Bahasa Mandarin untuk mengikuti segala bentuk perlombaan terkait dengan budaya, seni dan pendidikan bahasa Mandarin. Rektor sadar bahwa menilai kualitas pendidikan bahasa Mandarin di sebuah perguruan tinggi tidak hanya dari menang atau kalah dalam suatu event perlombaan, namun harus dilihat secara keseluruhan termasuk kompetensi lulusan saat ia berkarya dengan profesinya di masyarakat, dunia kerja dan pendidikan.

Leave a Comment