Kekhasaan dan karakter masyarakat Indonesia yang menghidupi nilai-nilai kebangsaan, menjadi kekuatan untuk mampu bertahan, berdaya saing dan unggul di tengah persaingan global.
Dalam perayaan ulang tahun ke-30, sebagai salah satu upaya untuk membantu melestarikan dan mengembangkan seni budaya Indonesia, Universitas Widya Kartika bekerjasama dengan Ludruk Syariah Budaya menyelenggarakan Pagelaran Loedrok dan Karawitan, sebagai puncak acaranya. Seluruh rangkaian acaranya bertempat di Kampus Universitas Widya Kartika, Sutorejo, Surabaya.
Peringatan yang dilaksanana pada Minggu, 14 Agustus 2016 ini mengangkat tema Save Our Culture for Future, dilatarbelakangi oleh fenomena pesatnya kemajuan teknologi dan informasi tidak sebanding dengan peningkatan minat dan perhatian para pemuda terhadap seni dan budaya asli Indonesia sehingga menyebabkan kelestarian budaya ini memudar di tengah kuatnya arus budaya asing. Masuknya budaya barat yang mendapat respon positif dari kalangan remaja tanpa adanya filter dan penyeimbang dari budaya lokal mengakibatkan para remaja, pemuda dan sebagian besar masyarakat mengalami kerancuan dalam memahami dan membedakan antara budaya asli milik Indonesia dengan budaya asing. Melestarikan budaya asli Indonesia dan menghidupi nilai-nilainya dalam perilaku sehari-hari menjadi satu bekal bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi tantangan global terutama generasi mudanya yang kuat dalam karakter.
Senada dengan sambutan yang disampaikan oleh Bapak Sukatno, Kepala UPTD Taman Budaya Cak Durasim, penyelenggaran pagelaran budaya ini dilakukan oleh kampus yang multikultural tentu menjadi hal yang menarik. Dan memang harus tetap dilaksanakan agar anak-anak muda pun menyadari bahwa bangsanya memiliki khazanah budaya yang begitu kaya. Dalam kesempatan yang baik, Bapak Sukatno juga menyematkan udeng , sebagai simbol kekhasan budaya jawa kepada Rektor Uwika, Pengurus Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Indonesia, perwakilan dosen, alumni dan mahasiswa.
Pagelaran Loedrok dan Karawitan mengangkat cerita tentang Sarip Kuliah 1, perjuangan Sarip, sosok yang peduli dengan bangsa Indonesia, menghadapi permasalahan masuknya narkoba, perdagangan manusia, peredaran senjata gelap dan seks bebas. Nyawapun bahkan menjadi taruhan. Tetapi kegigihan Sarip untuk mempertahankan nilai kebangsaan dan kepeduliannya menjadi kisah yang tak boleh dilewatkan.
Selain pagelaran budaya, perayaan Dies Natalis sudah meriah sejak pukul 06.00 WIB diawal dengan pelaksanaan jalan sehat, bazaar rakyat, senam poco-poco yang tidak hanya diikuti oleh mahasiswa baru, tetapi juga masyarakat sekitar.
Save