Chinese Camp 2015
Serunya Belajar Sambil “Berperang”
Bahasa merupakan hal yang sangat dibutuhkan terutama dalam berkomunikasi. Bahasa diciptakan berbeda-beda agar kita sebagai makhluk hidup dan sosial dapat mempelajarinya serta mengembangkan kemampuan kita. Begitu banyak bahasa yang digunakan saat ini, seperti bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Perancis, bahasa Spanyol, dan lain-lain. Dengan kita belajar bahasa-bahasa tersebut, kitapun akan tertarik untuk mempelajari kebudayaan dari asal bahasa itu.
Contohnya saja seperti bahasa mandarin. Mungkin awalnya kita hanya belajar bahasa mandarin karena tuntutan nilai, namun lama-kelamaan kita akan tertarik bagaimana sih kebudayaan Tiongkok itu? Apa saja yang biasanya dilakukan oleh orang-orang Tionghoa di waktu perayaan-perayaan? Semua pertanyaan itu telah terjawab melalui acara HIMA Mandarin Universitas Widya Kartika yakni Chinese Camp yang bertemakan tentang Battle Camp.
Chinese Camp kali ini mengusung tema berperang sambil belajar. Berperang di sini bukan berarti berperang dalam konotasi negatif, namun berperang dalam memperebutkan poin sebanyak-banyaknya dalam medan perang atau Rally Games. Sebelum berperang, layaknya seorang prajurit, tentu diperlukan pembekalan dan penataan strategi. Chinese Camp 2015 yang diselenggarakan pada tanggal 11-12 April 2015 kemarin juga menyiapkan para peserta melalui sesi-sesi materi agar siap dalam berperang di Rally Games.
Sabtu 11 April 2015 pukul 13.00 para peserta mulai berkumpul di Aula lantai 1 Universitas Widya Kartika. Terlihat para peserta sangat antusias dengan Chinese Camp, karena acara ini sempat vakum kurang lebih 2 tahun lamanya. Setelah semua peserta terkumpul, MC mulai membuka acara dan menjelaskan peraturan-peraturan selama acara berlangsung. Lalu dilanjutkan dengan sesi materi kebudayaan. Di sini para peserta diajarkan tentang perayaan apa saja yang dirayakan di negara Tiongkok.
Disambung lagi dengan materi Grammar atau tata bahasa yang merupakan ilmu dasar dalam setiap bahasa. Wajah para peserta terlihat mulai lelah dan lapar, yang dilakukan selanjutnya ialah makan malam. Setelah makan malam sesi dilanjutkan dengan materi ibukota dan musim-musim di Tiongkok. Malampun telah datang dan langit kelihatan mendung. Padahal kami hendak melakukan kegiatan makan ???hu? gu??yang mirip dengan Shabu-shabu dari Jepang. ???hu? gu??merupakan salah satu makanan khas salah satu daerah di Tiongkok.
???hu? gu??dulunya berisi babat, namun dengan perkembangan jaman???hu? gu??dapat diisi dengan lembaran daging sapi, kani (daging kepiting imitasi), surimi (imitasi daging ikan), bakso sapi, dan lain-lain. Kuah???hu? gu??kali ini sangat special karena bumbunya diimpor langsung dari daerah asalnya yang berada di Tiongkok. Salah satu dosen bahasa mandarin, Ong Peter Leonardo B.A., M.Ed , turut menjelaskan tentang asal mula???hu? gu??.
Peserta tampak antusias untuk memakan makanan yang terkenal pedas di daerahnya ini. Malam semakin larut, dan setelah???hu? gu??telah ludes diserbu para peserta, pesertapun beristirahat dan menyiapkan tenaga untuk tantangan esok hari.
Pagipun datang dan matahari mulai bersinar. Para peserta memulai hari dengan melakukan olahraga yakni senam pemanasan dan berlari. Setelah itu makanan pun telah menanti untuk disantap. Sesipun tetap dilanjutkan namun tidak terlalu berat karena sesi kali ini akan belajar tentang beberapa kebudayaan yang ada di negeri tirai bambu tersebut, yakni ????zh?ng guó ji??atau seni tali-temali dan seni menggambar barongsai.
Pesertapun diajari bagaimana cara membuat gelang dari tali yang telah disediakan. Begitupun juga dengan menggambar barongsai, peserta juga diajarkan step-step menggambar kepala barongsai oleh Bambang Edison, salah satu seniman penggambar Barongsai. Materipun selesai, dan inilah saat yang paling ditunggu yakni Rally Games.
Rally Games kali ini dibedakan menjadi 9 pos, dimana cara bermain game ini seperti dalam acara benteng Takeshi. Seluruh peserta merasa antusias untuk bermain dalam pos-pos yang ada. Setelah 3 jam, poinpun dikumpulkan dan dihitung. Selagi panitia menghitung poin yang dicapai, peserta dipersilahkan untuk membersihkan diri dan makan siang.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pengumuman pemenang Battle Camp kali ini, dan berhak mendapatkan hadiah jutaan rupiah. Pemenang Chinese Camp tahun ini adalah, tim dari SMA St. Agnes, dan berhak membawa pulang juara 1, sedangkan juara 2 dan 3 dimenangkan oleh SMA NSA. Acarapun ditutup dengan foto bersama setelah pembagian hadiah. Tidak lupa peserta memberikan testimoni terhadap acara Chinese Camp kali ini. Dan semoga Chinese Camp di tahun-tahun berikutnya semakin menarik dan seru! (Ellena, Foto: Novellia)