Menjadi seorang entrepreneur, jiwa pemberani mesti ada dalam diri. Sebab, tanpa adanya keberanian, kesuksesan hanya akan menjadi mimpi. Tak ada realiasasi atas angan jika tidak ada aksi nyata guna memulai.
Hal tersebut disampaikan I Wayan Dendra, S.H., M.H., seorang pengusaha di bidang barang bekas dalam Workshop Entrepreneurial Spirit di Universitas Widya Kartika (UWIKA), Jumat, 8 November 2013. “Yang penting berani mulai dulu. Kalau nggak begitu, nggak akan pernah tahu,” kata pria yang aktif berorganisasi itu.
Pria ini lebih senang dikenal sebagai seorang pemulung. Ia mengawali presentasinya dengan sebuah tayangan yang sangat menyentuh. Dalam video berdurasi sekitar dua menit itu memperlihatkan dua orang pedansa tengah menunjukkan kebolehannya.
Penari laki-laki dan perempuan itu meliuk-liuk beratraksi di depan penonton. Gerakannya terlihat lembut, runtut, dan mengalir. Semua mata tertuju pada tiap jengkal gerakannya. Yang membuat hati terenyuh, pasangan itu bukanlah orang dengan tubuh sempurna. Penari wanita hanya memiliki satu tangan. Sedangkan penari pria cuma memiliki satu kaki. Sehingga harus dibantu dengan kruk. Selama pertunjukan berlangsung, beberapa penonton terlihat menyeka air matanya.
Usai video tersebut selesai diputar, Wayan meminta tiga peserta maju. Ia menayakan, apa nilai yang bisa diambil dari tayangan tersebut. Secara umum, meraka yang maju menganggap bahwa ketidaksempurnaan bukanlah halangan untuk berkreasi. Asal punya tekat dan kemauan, hal yang sulit pun bisa dilakukan. “Kita harus mewujudkan secara nyata mimpi itu. Caranya, ya harus dengan praktik untuk memulai,” kata Wayan.
Dia mengaku, dirinya bisa meraih buah dari apa yang dia usahakan sekarang adalah berkat ketekunan. Saat ini, ia memiliki jaringan pemulung di sejumlah kota di Jawa Timur dan Bali. Pria berperawakan tegap ini bercerita, sebelum mengawali menjadi pemulung, dia sempat merasakan zona nyaman menjadi seorang manajer di perusahaan swasta. Namun, ia perpikir, jika terus bekerja seperti itu, hanya keluarga intinya saja yang cukup. “Tapi saya tidak bisa membantu Ibu dan saudara yang lain,” ungkap pria asal Bali tersebut.
Dari situlah dia mengambil keputusan untuk resign dan memulai mengumpulkan barang bekas. “Awal memulung, dapat untung cuma Rp. 40 ribu,” kenangnya. Lantas ia mencoba melobi tempat usaha yang memiliki banyak sampah kering, seperti mall, hotel, maupun pabrik. Hingga sekarang, dia sudah memiliki 65 pekerja dan tetap setia bergelut dengan sampah.
Dalam workshop tersebut, hadir pula Dr. Melvin Pristyo, MBA, MM, dosen senior UWIKA yang juga seorang pemimpin perusahaan. Menurutnya, seorang entrepreneur sejati harus memiliki karakteristik mental kuat. Antara lain memiliki visi yang jelas dan meyakininya akan tercapai, kreatif dan inovatif, serta berani mengambil risiko. “Setiap pekerjaan pasti memiliki risiko. Namun, seorang entrepreneur harus berani mengambil risiko. Tapi risiko yang terukur. Bukan gambling,” paparnya.
Hal itu juga diamini oleh Rektor UWIKA Dr. Murpin Josua Sembiring, S.E., M.Si. Menurutnya risiko seorang entrepreneur hanya ada dua, yakni rugi atau jadi kaya. “Nah sekarang, tinggal kita mau pilih yang mana. Kalau milih jadi pegawai tapi kaya, ya siap-siap saja didatangi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi),” katanya yang disambut tepuk tangan peserta workshop.
Kegiatan workshop tersebut dibagi menjadi dua sesi. Tiap sesi dihadiri sekitar 125 peserta. Mereka berasal dari sejumlah sekolah menengah yang ada di Surabaya. Ada juga elemen mahasiswa, dosen, karyawan, dan pimpinan UWIKA.