Berita & Agenda : Monday, 8 November 2010 | 3566 Views |

Nasi Goreng Rasa ‘Nano-nano’ dan Bekisar Minta Kawin

Rektor dan dua Wakil Rektor sedang memasak nasi goreng

Tepat pukul 10.25, Jumat, 5 November 2010, tiga chef Uwika lengkap celemek masing-masing memasuki ruangan. Tak main-main, yang menjadi chef itu adalah orang-orang terpenting di Universitas Widya Kartika. Ketiganya ‘dikerjai’ panitia Gathering – sebutan pertemuan rutin bagi karyawan Uwika yang diadakan sesuai UTS.

Gathering kali ini mengambil tema ‘We are One’ – Kita adalah satu. Persatuan, kesatuan, persaudaraan dan keakraban menjadi sumber kekuatan, kreativitas dan semangat untuk maju bersama. Jabatan untuk sementara ‘disingkirkan’ dulu. Yang muncul kemudian adalah kesetaraan.

Tepuk tangan membahana di salah satu ruangan di lantai tiga kampus Uwika, Jl Sutorejo Prima Utara II/1 Surabaya. Para karyawan bertepuk tangan mengiringi masuknya ketiga chef itu, masing-masing Rektor Uwika, Dr. Ir. Gembong Baskoro, M.Sc dan dua wakil rektor, Drs. Darmanto, M.Sc dan Dra. Felicia O.Dien Koeswanto.

Mereka segera menuju ‘dapur’ yang sudah disiapkan. Rektor Gembong Baskoro dan Wakil Rektor Darmanto berlomba membuat nasi goreng. Keduanya dipandu oleh Wakil Rektor Felicia, yang sekaligus telah menyiapkan bumbu-bumbu untuk membuat nasi goreng.

Rektor langsung menyalakan kompor dan menuangkan minyak goreng. Wakil rektor Darmano tak mau kalah. Dia juga beradu cepat untuk menyajikan nasi goreng terlezat. Wakil rektor Felicia menyiapkan nasi dan menumpahkannya ke wajan rektor dan kemudian ke wajan wakil rektor Darmanto. Saos, kecap, daging ayam cincang, vitsin, garam, ditabur secara bergiliran. Nasi dibolak-balik supaya tidak gosong.

Apa hasilnya? Nasi goreng buatan rektor terlihat gosong. Sementara nasi goreng buatan wakil rektor Darmanto masih belang-belang. Sebagian terlihat sudah tercampur saos hingga berwarna oranye, tetapi di dalam wajan juga ditemukan beberapa kumpulan nasi yang masih berwarna putih. Nasi goreng buatan wakil rektor Darmanto ini bahkan serta-merta dinamai ‘nasi goreng belang-belang’.

Para karyawan bersorak. Wakil Rektor Darmanto bahkan dengan PD-nya menghidangkan nasi goreng buatannya itu ke beberapa karyawan. “Nggak ada rasa,” kata seorang karyawan. “Hambar,” sahut lainnya.

Giliran nasi goreng buatan rektor yang harus dihidangkan. Tetapi sebelum sampai dihidangkan, rektor terlebih dulu mencicipi beberapa sendok. Baru setelah itu seorang karyawan yang menghidangkan nasi goreng buatan rektor ke beberapa karyawan. “Asin banget,” kata seorang karyawan sambil mencibirkan bibir karena rasa asin itu. “Gosong,” timpal karyawan lainnya.

Tertawa terbahak-bahak; hanya itu yang bisa dilakukan karyawan melihat para pemimpin mereka menunjukkan kepiwaiannya memasak.

Suasana kegembiraan dan keakraban itu belum usai sampai di sini. Para karyawan harus memperpanjang tertawanya karena lomba memasak nasi goreng itu dilanjutkan oleh kepala program studi (kaprodi). Masing-masing terdiri dari Kaprodi Bahasa Mandarin, Fitriya, SS; Kaprodi Bahasa Inggris, Yulius Kurniawan, S.Pd; Kaprodi Akuntansi, Indrayani , SE, MM; dan Kaprodi Informatika, Indra Budi Trisno, ST, M.Kom. Semua mereka dikira akan all-out bertanding head to head. Bu Indra segera memecah telur dan menuangkannya ke wajan. Peserta yang lain juga terlihat seperti ingin buru-buru bertanding. “Eh, ternyata yang lain hanya jadi pelengkap Bu Indra yang lagi masak,” celetuk seorang karyawan.

Komentar itu tidak salah karena memang hanya Bu Indra yang memasak. Memang Bu Fitri dan Pak Yulius terlihat sibuk, bahkan juga mengenakan celemek. Tetapi mereka bersama-sama Pak Indra lebih asyik menonton Bu Indra memasak. Beberapa komentar menyebutkan nasi goreng buatan Bu Indra berasa enak. “Tapi kemanisen,” sebut seorang karyawan.

Lomba memasak nasi goreng masih satu babak lagi. Kali ini pesertanya ada tiga dosen native Bahasa Mandarin. Mereka masing-masing bernama Mrs. Tang Ying, Mrs. Sun Cuibi, dan Mr. He Lang. Mrs. Sun Cuibi dengan penuh semangat langsung memecah telur dan dituangkan ke dalam wajan. Ketika telur mulai setengah matang, Mrs Tang Ying menuangkan satu piring nasi putih. Diaduk-aduk, sambil ditaburi garam dan vitsin oleh Mr. He Lang. Taburan garam terlihat begitu banyak, sejumlah karyawan bahkan sempat khawatir nasi goreng yang diberinama ‘Nasi Goreng IndoChina’ itu akan berasa seperti disiram air laut.

Mr. He Lang mendapat jatah menghidangkan nasi goreng IndoChina itu ke beberapa karyawan. Mereka menyatakan nasi goreng buatan para dosen penutur asli Bahasa Mandarin itu berasa lumayan enak, meskipun rasa asinnya akhirnya memang benar-benar terbukti juga.

Tim juri yang terdiri dari para petugas satpam menyatakan semua nasi goreng itu rasanya lumayan. Ketika ada karyawan yang nyeletuk ‘lumayan apa’, seorang juri menyebut, ‘lumayan membingungkan rasanya.’ “ Ini namanya nasi goreng rasa ‘nano-nao’,” sambungnya disambut gelak tawan karyawan.

Pakai Peniti, Saku Celana Bolong

Para karyawan di acara gathering

Kemeriahan lomba membuat nasi goreng bergeser. Suasana Gathering makin terasa ‘gerah’ karena semua karyawan harus terpingkal-pingkal. Ini terjadi saat para karyawan menyaksikan undian doorprize yang dipandu oleh dua pembawa acara, Mercy Damaiayanti dan Shelvy Limanto, yang pintar memunculkan ide-ide segar untuk menghidupkan suasana.

Macam-macam ide yang dikeluarkan untuk menyemarakkan rasa persaudaraan itu. Doorprize pertama berupa pertanyaan, siapa diantara karyawan yang pada hari itu di bajunya ada peniti. Chitra Santi dari bagian keungan segera angkat tangan. Dia menjadi satu-satunya karyawan yang memakai peniti untuk mengancing bajunya.

Berikutnya adalah siapa diantara karyawan yang di dompetnya ada foto keluarga. Martinus Rukismono, SE, MM, dosen Prodi Manejemen, menjadi orang yang setia pada keluarga hingga di dompetnya ada foto keluargarnya.

Doorprize selanjutnya adalah untuk karyawan yang membawa kunci paling banyak. Nugie Hermono dari Biro Rumah Tangga terpilih karena dia memang menjadi ‘juru kunci’ kampus dan di sakunya banyak sekali kunci. Rektor Gembong Baskoro sempat mencoba peruntungan, tetapi kunci yang dibawa hanya sembilan buah, jadi kalah dibanding 16 kunci yang ada di saku Nugie.

Anik Widiastuti menjadi pemenang atas pertanyaan siapa diantara karyawan yang saku celananya bolong. Kenik—panggilan akrab karyawan bagian Biro Rumah Tangga—itu dengan konyolnya bahkan menunjukkan saku celana bagian kirinya yang bolong. Tak pelak, gelak tawa meledak, membuat ruangan yang full ac itu seperti berubah menjadi ruangan yang gersang dan sangat panas. Beberapa karyawan bahkan tampak menyeka pelupuk matanya karena air mata berderai tak mampu menahan tawa.

Doorprize yang terakhir adalah siapa di antara karyawan yang kaos kakinya bolong. Semula tak percaya kalau sampai ada karyawan yang memakai kaos kaki bolong. Beberapa saat ditunggu, dan ternyata ada juga yang memakai kaos kaki bolong. Dia adalah Terry, karyawan bagian Biro Rumah Tangga juga.

Bekisar Minta Kawin

Kelompok 4 dengan kreasi ayam bekisar

Kemeriahan acara Gathering terasa semakin heboh saat diadakan lomba merangkai buah-buahan dan sayur-mayur untuk membuat binatang dan kebun. Lomba ini dinamai “Kebunku Sayurku, Buahku Binatangku.’

Sebelum lomba dimulai, dipilih ketua untuk masing-masing kelompok. Seluruh karyaan Uwika termasuk pimpinan dibagi menjadi enam kelompok. Masing-masing kelompok diwakili oleh tujuh karyawan.

Para ketua kelompok terlebih dulu disilakan untuk mengambil kotak minuman ukuran 48 gelas air mineral. Sempat menimbulkan keraguan sebelum mengambil kotak minuman. Keraguan mencair setelah diketahui di dalam kotak itu bukan gelas-gelas air mineral yang ada, tetapi berbagai jenis buah dan sayuran.

Peserta lomba adu cepat untuk mengambil kotak minuman itu dan dibawa ke meja masing-masing. Panitia memberi waktu 30 menit untuk membuat binatang dan kebun dari buah-buahan dan sayur-mayur yang sudah disiapkan itu.

Di dalam kotak itu ada dua wortel, satu menimun, dua terong bulat, separo buah melon, satu buah nanas, dua cabe merah, seuntai kacang panjang, seuntai daun kangkung, dua pisang, satu batang brokoli, satu apel merah, satu jeruk limo, dua buah salak, dan beberapa biji tusuk gigi.

Sempat terjadi keributan, karena panitia sangat merahasiakan kegiatan ini, sehingga peserta harus berpikir keras dalam waktu yang sangat singkat untuk menemukan ide buah-buahan dan sayur-mayur itu mau dibuat apa

Masing-masing kelompok harus berpacu dengan waktu. Setelah selesai, dewan juri yang terdiri dari tiga petugas keamanan (satpam), menilai hasil karya para karyawan itu. Dipilih tiga pemenang dengan nilai yang tidak tanggung-tanggung, semua pemenang mendapat skor di atas 1.000 poin.

Sebelum dinilai, Mercy dan Shelvy terlebih dulu menanyai masing-masing kelompok untuk menceritakan hasil karyanya itu. Misalnya diberi judul apa, konsepnya apa, dan sebagainya.

Kelompok empat, terdiri karyawan bagian marketing, HROD dan Humas, yang merangkai buah-buahan dan sayur-mayur itu menjadi seekor ayam bekisar sebagai maskot Jawa Timur, dinyatakan sebagai juara satu dengan skor 1.085 poin. Badan ayam bekisar ini dibuat dari perpaduan antara separo buah melon dan separo buah nanas yang daun di ujung masih dibiarkan utuh. Daun di ujung buah ini dibiarkan dan dijadikan semacam ekor. Sedang leher ayam dibuat dari tangkai sayur brokoli, kepalanya dari buah terong bulat, paruhnya dari ujung cabe merah, demikian juga kedua matanya dari irisan cabe merah. Sayapnya dari irisan mentimun dan wortel.

“Kami namai Ayam Berkisar, maskot Jawa Timur. Tapi karena ekornya njeprak, maka kami sebut Ayam Bekisar Minta Kawin,” kata wakil dari kelompok empat. Dan Ayam Bekisar Minta Kawin ini akhirnya terpilih sebagai juaranya.