Berita & Agenda : Monday, 23 November 2015 | 1792 Views |

Menjawab Tantangan ala Robot Hidrolik Pelajar

SURABAYA (BM) – Siswa di Surabaya dan bahkan Jatim berpotensi besar “menelurkan” mainan yang bisa diproduksi massal bahkan bernilai jual. Sayang tidak ada pemodal yang melirik untuk memperbanyak menjadi komoditas. Besarnya bakat serta minat siswa mengembangkan mainan sekaligus penelitian terlihat pada Kontes Robot Hidrolik & Spaghetti Structure Challenge, di perpustakaan Universitas Widya Kartika (Uwika) Surabaya, Kamis (19/11). Meski skalanya Jatim, namun ajang ini menarik minat sekolah di luar pulau untuk ikut. Salah satunya perwakilan SMAN 10 Samarinda.

 

Kaprodi Teknik Sipil Uwika Didik Purwanto mengatakan, pada even robot hidrolik ini ada 25 tim dari SD, SMP, dan SMA. Tiap tim beranggotakan dua orang. Tiap tim mendapat jatah waktu dua jam menyelesaikan robot. “Tema lomba robot hidrolik ini adalah penyelamat. Jadi robot karya peserta harus bisa mengevakuasi tantangan,” kata Didik disela lomba.

 

Robot karya siswa SD dan SMP dituntut mengevakuasi lima bom dan memasukannya ke mobil gegana. Selain itu menyelamatkan dua miniatur sapi serta mengevakuasi bis dari jurang. Keharusan yang sama diberlakukan untuk robot dari peserta SMA. Cuma untuk SMA ditambah satu tantangan, robot harus memadamkan api dengan air dalam selang kecil yang didorong suntikan atau spet.

DSC_0044

“Untuk bom bisa diambil semua dan tidak. Nilai satu bom yang diambil 100, penyelamatan sapi mendapat poin 250 per ekor. Sedangkan angkat bis dari jurang poinnya 350. Pemadaman api dapat nilai 500. Tim yang mendapat nilai tertinggi dengan sisa waktu terbanyak mendapat juara. Tiap peserta mendapatkan waktu lima menit untuk menampilkan robot,” jelasnya.

DSC_0050

DSC06665

Rektor Uwika Murpin Josua Sembiring mengatakan, kendati event perdana namun respon peserta cukup besar. Karenanya, dia berencana menjadikan agenda tahunan. Apalagi dia menilai saat ini minim pengembangan dan realisasi inovasi untuk dijadikan produk massal. “Imajinasi, inovasi anak tinggi, besar. Cuma imajinasi, inovasi ini tidak didukung formal dan ditindak lanjuti. Di China, anak-anak SMK bikin mobil, oleh pebinis dibiayai dan diproduksi massal. Kalau sudah massal harganya kan terjangkau,” tandasnya. (sdp/epe)